Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Rabu, 09 Februari 2011

Sebuah Cerita

Ketika itu usianya masih jauh
dari belia, jangankan untuk
melindungi diri untuk sekedar
menangis saja ia tak mampu.
Takut, mungkin ketika itu
memaksanya untuk diam.

Sosok yang telah jauh
dewasa darinya itu berdiri di
depan tubuhnya yang ketika
itu penuh peluh, gadis kecil
bermata lebar itu ditendang
tepat di didadanya.

Itulah pertama kali dalam
hidupnya ia merasakan sesak
dan nyeri di sekitar dadanya.

Menangiskah?
seingatku dia tak menangis,
kala itu rasa takutnya membuatnya diam dan terisak sesak.
Sosok dewasa tadi mungkin
tak menyangka jika tendangannya terlalu keras
untuk anak seusia itu.

Saat itulah gadis itu mulai merasakan tubuh mungilnya
roboh di samping lemari kayu.
Kini usianya jauh beranjak dari
sekedar gadis remaja,
ia telah dewasa.
Telah mengenal cinta layaknya gadis-gadis seusianya.
Sosok dewasa yang dulu pernah memberi nyeri pada rongga nafasnya pun tak
lagi segarang dulu,
jauh lebih baik lebih lembut.

Satu hal yang mulai gadis itu sadari,
ia tak pernah mampu bernafas normal lagi sejak saat itu,
tiap kali merasa tertekan dan menangis entah kenapa rasa sakit yang sama muncul,
seolah saluran parunya menegang dan menciut.
Ia merasa tak normal.

Kini seiring dengan usianya
yang tak lagi pantas untuk sekedar merajuk dan meminta perhatian,
nyeri di dadanya makin menjadi.
Mulai merepotkan orang terdekatnya, kekasihnya.

Sosok dewasa di masa lalu itu
kini makin menua dan tak mungkin ia salahkan,
gadis itu dari apapun.

Kini aku berharap ia mau mengendalikan provokasi
hatinya yang seringkali tak stabil, jujur aku mulai khawatir akan paru-parunya.

Pernah aku mendengarnya menangis, lebih dari apapun aku mampu merasakan sakitnya.
Ia terlalu tertutup.
Memendam segalanya sendiri.
Aku tak pernah tau.

Tapi setauku perangainya sedikit buruk, ia mudah dijatuhkan dan kemudian ia berlama-lama dalam jatuhnya. Namun yang sedikit manis, malam ini seusai adzan maghrib tadi aku mendengar parau suaranya
membaca ayat-ayat cinta, ia sempat berhenti pada beberapa ayat dan mengulang-ulang maknanya.

Ia menangis.
Kemudia ia menyadar, ia terlalu sering menyalahkan
masa lalunya, terlalu sering
merasa rendah diri terhadap
orang lain, itulah yang
melemahkan hatinya.

0 Komentar: