Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Minggu, 26 Mei 2013

Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas, Efektivitas


A.           Pengertian Validitas
Menurut Azwar (1986) validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Menurut Nursalam (2003) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian validitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.
Menurut Arikunto (1999) suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil- kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.
Demikian pula kita ingin mengetahui waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup cermat dan karenanya akan menghasikan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu yang diperlukan seorang atlit pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik yaitu stopwatch.
Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya.
Setiap penyusunan instrumen dalam penelitian selalu memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti apa yang hendak diukurnya, apakah data yang terkumpul relevan dengan sifat atau karakteristik yang dikehendaki, dan sejauh mana perbedaan skor yang diperoleh menggambarkan karakteristik yang akan diukur.
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang digunakan.Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tepat.
Dua karakteristik validitas yang baik, yaitu
1.    Instrumen yang pengukurannya harus benar-benar mengukur konsep teori yang dianut bukan konsep lainnya
2.    Konsepnya diukur dengan tepat.
          Sebuah instrumen diketahui tingkat validitas internalnya apabila butir-butir dan faktor-faktor yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Uji validitas eksternal dilakukan setelah melalui uji coba kepada responden yang diambil sebagai subjek uji coba.
Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis validitas, antara lain:
1.    Pengujian Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis.
a.       Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelususran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isisnya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahkan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).
b.      Validitas konstruksi (Construct Validity)
Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut telalh dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.

2.     Pengujian Validitas Tes Secara Empirik
 Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.
a.       Validitas ramalan (Predictive validity)
Validitas ramalan adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
b.      Validitas bandingan (Concurrent Validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.

Menurut Husein Umar (1998: 195) untuk menguji tingkat validitas instrumen dalam penelitian digunakan teknik analisis Koefisien Korelasi Produk-Moment Pearson (Pearson Product-Moment Corelation Coeficient) dengan rumus sebagai berikut:
 




Dimana:
rxy  : Koefisien korelasi Pearson antara item instrumen yang akan digunakan dengan variabel yang bersangkutan
X     : Skor item instrumen yang akan digunakan
Y     : Skor semua item instrumen  dalam variabel tersebut
n      : Jumlah responden
Untuk menguji keberartian koefisien rxy valid atau tidak valid akan digunakan uji t, yang dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Dimana thitung dicari dengan menggunakan rumus dari Husein Umar (1998: 197) sebagai berikut:
Dimana  r  adalah koefisien korelasi Pearson dan db adalah derajat bebas.
Keputusan pengujian validitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikasi 5% adalah sebagai berikut:
1.      Item instrumen dikatakan valid jika thitung lebih besar atau sama dengan t0,05; maka item instrumen tersebut dapat digunakan.
2.       Item instrumen dikatakan tidak valid jika thitung lebih kecil dari t0,05; maka item instrumen tersebut tidak dapat digunakan.

B.            Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas bentuk ekuivalen, reliabilitas belah tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional.




Keterangan :
rxy         :           koefisien korelasi
N            :           jumlah nilai
X1          :           nilai hasil tes pertama
X2          :           nilai hasil tes kedua

C.     Praktikalitas
Setelah instrumen penilaian divalidasi dan hasilnya dinyatakan valid dengan beberapa revisi, maka tahap selanjutnya dilakukan praktikalitas. Dari deskripsi dan analisa data berdasarkan hasil observasi, wawancara oleh validator, komentar siswa, menunjukkan praktikalitas instrumen penilaian dalam PMR pada materi segiempat adalah praktis.
Untuk membuktikan instrumen penilaian adalah praktis, maka
1.      Hasil penilaian ahli dan praktisi menunjukkan bahwa instrumen penilaian dapat dilaksanakan dan berlangsung sepanjang proses pembelajaran.
2.      Hasil observasi di lapangan bahwa siswa dan guru (peneliti) dapat melaksanakan aktivitas yang sesuai dengan aktivitas yang dicantumkan pada RPP dan menjalankan baik sebagai motivator, fasiltator maupun pembimbing kegiatan diskusi.
Berdasarkan hasil learning log, secara umum dapat dinyatakan praktis meskipun masih ada kendala yang masih perlu diperbaiki :
1.      Penggunaan instrumen soal praktis dan menarik tetapi ada soal-soal khususnya level 3 tidak bisa diselesaikan karena mereka belum terbiasa menyelesaikan soal analisis yang menuntut siswa mengkonstruksi sendiri tuntutan tugas yang diinginkan dalam soal.
2.      Mengemukakan ide / pendapatnya dengan menggunakan cara mereka sendiri meski pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang pasif karena malu,tidak berani dan kurang percaya diri.
3.      Menemukan atau menggunakan strategi yang berbeda dalam memecahkan masalah soal-soal.
4.      Menggunakan konteks dalam soal sehingga siswa terbantu dalam memilih strategi pemecahan masalah yang dapat memungkinkan siswa menjawab secara divergen strategi sesuai salah satu tuntutan kurikulum yaitu berpikir divergen, baik solusi maupun strategi.
5.      Menciptakan situasi kelas yang mendorong siswa untuk saling bertanya,menjawab, atau mengeluarkan pendapatnya.
6.      Menstimulasi siswa untuk mengemukakan alasan baik lisan maupun tulisan dalam memecahkan soal-soal serta menuliskan proses yang mereka lakukan dalam memecahkan soal-soal.
7.      Memimpin disikusi kelas terutama dalam hal menindak lanjuti jawaban siswa yang berbeda serta memotivasi pembelajaran

D.           Efektivitas :
Efektifitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pemebelajaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Chong dan Maginson (Slameto, 2003: 81 ) mengartikan “Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai hasil belajar.
Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi yang efektif (Isriani dan Dewi, 2012: 78). Artinya bila tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa jauh efektifitasnya. Suatu cara untuk mengukur efektivitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan strategi tertentu dari pada strategi lain, maka strategi itu efisien, kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tetentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut efektif untuk pencapain tujuan pembelajaran.
Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif, Moh. Uzer (2010:21) mengatakan sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut:
1.    Melibatkan siswa secara aktif
2.    Menarik minat perhatian siswa
3.    Membangkitkan motivasi siswa
4.    Prinsip Individualitas
5.    Peragaan dalam pengajaran.
Pelajaran yang efektif dimulai dari mempertimbangkan bagaimana kondisi anak,bukan bagaimana kondisi guru yakni mengajar harus dimulai dengan ide-ide yang telah dimiliki oleh anak. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari aktivitas yangmemungkinkan siswa berinteraksi dengan soal dan teman atau guru, bereksplorasi, berkomunikasi mengemukakan gagasan atau bertanya, berargumentasi, dan mengkonstruksi. Oleh karena itu KTSP mengisyaratkan agar proses pembelajaran dimulai dengan pengajuan masalah. Selanjutnya proses penyelesaian soal berpadu dengan proses pembelajaran.
Keefektifan instrumen dilihat dari :
1.        Hasil analisa jawaban siswa (strategi dan solusi) yang diberikan, menunjukkan bahwa keragaman siswa berbanding lurus dengan keragaman pola pikir mereka.Hal ini disebabkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan tidak hanya menilai dengan pemberian skor objektif tetapi juga menggunakan cara-cara alternatif penilaian lainnya. Ada juga soal yang tidak terjawab oleh siswa khususnya soal-soal pemecahan masalah. Hal ini disebabkan soal pemecahan masalah belum mendominasi dalam proses pembelajarannya dan membutuhkan analisa dan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya.
2.        Hasil observasi saat aktivitas berlangsung menunjukkan bahwa siswa mencoba memahami soal dengan idenya sendiri terlebih dahulu kemudian memperluas ide-ide dan berkembang pemahamannya saat mereka mendengar, mendiskusikan ide, membuat gambar, mempertahankan penyelesaian, memikirkan strategi teman-temannya lewat diskusi. Aktivitas ini timbul karena desain soal yang memungkinkan siswa mendemonstrasikan apa yang mereka mampu dari pada apayang mereka tidak tahu
3.        Learning log yaitu komentar bebas yang merupakan refleksi diri siswa terhadap pembelajaran dan instrumen diperoleh bahwa kebanyakan siswa yang diijinkan dengan cara yang mereka pahami merasakan memperoleh keyakinan dan kepercayaan diri, berani mengambil resiko, dan mengkomunikasikan ide sendiri.
4.        Hasil wawancara dengan guru senior mengatakan bahwa instrumen penilaian efektif digunakan dan merupakan bagian dari pembelajaran, hanya saja harus didukung dengan kesiapan siswa dari rumah untuk mengefisienkan waktu.
5.        Dari ketiga hal itu maka instrumen penilaian dapat dikatakan memiliki potensialefect untuk subjek penelitian dan pada waktu instrumen diuji cobakan. Untuk hasil yang benar-benar efektif maka instrumen ini harus diujicobakan berkelanjutan dan pada subjek penelitian lainnya.

1 Komentar:

Unknown mengatakan...

Daftar pustakanya mana?