Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Sabtu, 12 Februari 2011

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG.

10 RESEP SUKSES BANGSA
JEPANG. Oleh Romi Satria Wahono 1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum
bahwa bangsa Jepang adalah
pekerja keras. Rata-rata jam
kerja pegawai di Jepang
adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan
Amerika (1957 jam/tahun),
Inggris (1911 jam/tahun),
Jerman (1870 jam/tahun), dan
Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah
mobil dalam 9 hari, sedangkan
pegawai di negara lain
memerlukan 47 hari untuk
membuat mobil yang bernilai
sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa
melakukan pekerjaan yang
biasanya dikerjakan oleh 5-6
orang. Pulang cepat adalah
sesuatu yang boleh dikatakan
"agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa
pegawai tersebut termasuk
"yang tidak dibutuhkan" oleh
perusahaan. 2. MALU
Malu adalah budaya leluhur
dan turun temurun bangsa
Jepang. Harakiri (bunuh diri
dengan menusukkan pisau ke
perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka
kalah dan pertempuran.
Masuk ke dunia modern,
wacananya sedikit berubah
ke fenomena "mengundurkan
diri" bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang
terlibat masalah korupsi atau
merasa gagal menjalankan
tugasnya. Efek negatifnya
mungkin adalah anak-anak
SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau
tidak naik kelas. Karena malu
jugalah, orang Jepang lebih
senang memilih jalan
memutar daripada
mengganggu pengemudi di belakangnya dengan
memotong jalur di tengah
jalan. Mereka malu terhadap
lingkungannya apabila
mereka melanggar peraturan
ataupun norma yang sudah menjadi
kesepakatan umum. 3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki
semangat hidup hemat dalam
keseharian. Sikap anti
konsumerisme berlebihan ini
nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa
awal mulai kehidupan di
Jepang, saya sempat terheran-
heran dengan banyaknya
orang Jepang ramai belanja di
supermarket pada sekitar jam 19:30.
Selidik punya selidik, ternyata
sudah menjadi hal yang biasa
bahwa
supermarket di Jepang akan
memotong harga sampai separuhnya pada waktu
sekitar setengah jam sebelum
tutup. Seperti diketahui
bahwa Supermarket di Jepang
rata-rata tutup pada pukul
20:00. 4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem
karir di sebuah perusahaan
berjalan dan tertata dengan
rapi. Sedikit berbeda dengan
sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang
yang berpindah-pindah
pekerjaan. Mereka biasanya
bertahan di satu atau dua
perusahaan sampai pensiun.
Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang
kebanyakan hanya mau
menerima fresh graduate,
yang kemudian
mereka latih dan didik sendiri
sesuai dengan bidang garapan (core
business) perusahaan. 5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu,
tapi orang Jepang mempunyai
kelebihan dalam meracik
temuan orang dan kemudian
memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh
masyarakat. Menarik
membaca kisah Akio Morita
yang mengembangkan Sony
Walkman yang melegenda itu.
Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony,patennya dimiliki
oleh perusahaan Phillip
Electronics. Tapi yang berhasil
mengembangkan dan
membundling model portable
sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan
tahun adalah Akio Morita,
founder dan CEO Sony pada
masa itu. Sampai tahun 1995,
tercatat lebih dari 300 model
walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150
juta produk. Teknik perakitan
kendaraan roda empat juga
bukan diciptakan orang
Jepang, patennya dimiliki
orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya
bisa mengembangkan industri
perakitan kendaraan yang
lebih cepat dan murah. 6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa
Jepang termasuk bangsa yang
tahan banting dan pantang
menyerah. Puluhan tahun
dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup
semua akses ke luar negeri,
Jepang sangat
tertinggal dalam teknologi.
Ketika restorasi Meiji (meiji
ishin) datang, bangsa Jepang cepat
beradaptasi dan menjadi fast-
learner. Kemiskinan sumber
daya alam juga tidak
membuat Jepang menyerah.
Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi,
batubara, biji besi dan kayu,
bahkan 85% sumber energi
Jepang berasal dari negara lain
termasuk indonesia .
Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan
minyak bumi, maka 30%
wilayah Jepang akan gelap
gulita Rentetan bencana
terjadi di tahun 1945, dimulai
dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan
kalah perangnya Jepang, dan
ditambahi dengan adanya
gempa bumi besar di Tokyo .
Ternyata Jepang tidak habis.
Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah
berhasil membangun industri
otomotif dan bahkan juga
kereta cepat (shinkansen) .
Mungkin cukup
menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang
usahanya hancur dan hampir
tersingkir dari bisnis peralatan
elektronik di tahun 1945
masih mampu merangkak,
mulai dari nol untuk membangun industri sehingga
menjadi kerajaan bisnis di era
kekinian. Akio Morita juga
awalnya menjadi tertawaan
orang ketika menawarkan
produk Cassete Tapenya yang mungil ke
berbagai negara lain. Tapi
akhirnya melegenda dengan
Sony Walkman-nya. Yang
juga cukup unik bahwa ilmu
dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini
mulai diformulasikan di
Jepang dengan nama
shippaigaku (ilmu kegagalan).
Kapan-kapan saya akan kupas
lebih jauh tentang ini 7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda
datang ke Jepang dan masuk
ke densha (kereta listrik),
sebagian besar
penumpangnya baik anak- anak maupun dewasa sedang
membaca buku atau koran.
Tidak peduli duduk atau
berdiri, banyak yang
memanfaatkan waktu di
densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai
membuat man-ga (komik
bergambar) untuk materi-
materi kurikulum sekolah
baik SD, SMP maupun SMA.
Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan
menarik yang membuat
minat baca masyarakat
semakin tinggi. Saya pernah
membahas masalah komik
pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga
didukung oleh kecepatan
dalam proses penerjemahan
buku-buku asing (bahasa
inggris, perancis, jerman, dsb).
Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku
asing sudah dimulai
pada tahun 1684, seiring
dibangunnya institut
penerjemahan dan terus
berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan
buku bahasa Jepang sudah
tersedia dalam beberapa
minggu sejak buku
asingnya diterbitkan. 8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu
mengakomodasi kerja-kerja
yang terlalu bersifat
individualistik. Termasuk
klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim
atau kelompok tersebut.
Fenomena ini
tidak hanya di dunia kerja,
kondisi kampus dengan lab
penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata
kuliah biasanya juga dalam
bentuk kelompok. Kerja
dalam kelompok mungkin
salah satu
kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa
"1 orang professor Jepang
akan kalah dengan satu orang
professor Amerika, hanya 10
orang professor Amerika
tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang
yang berkelompok" .
Musyawarah mufakat atau
sering disebut dengan "rin-gi"
adalah ritual dalam kelompok.
Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi". 9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak
dilatih untuk mandiri. Irsyad,
anak saya yang paling gede
sempat merasakan masuk TK
(Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi
pakaian ganti, bento
(bungkusan makan siang),
sepatu ganti, buku-buku,
handuk dan sebotol besar
minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap
anak dilatih untuk membawa
perlengkapan sendiri, dan
bertanggung jawab terhadap
barang miliknya sendiri. Lepas
SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar
tidak meminta biaya kepada
orang tua. Teman-temen
seangkatan saya dulu di
Saitama
University mengandalkan kerja part time untuk biaya
sekolah dan kehidupan sehari-
hari. Kalaupun kehabisan
uang, mereka "meminjam"
uang ke orang tua yang itu
nanti mereka kembalikan di bulan
berikutnya. 10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan
ekonomi, tidak membuat
bangsa Jepang kehilangan
tradisi dan budayanya.
Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak
bekerja masih ada dan hidup
sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih
menjadi reflek orang Jepang.
Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan
menabrak pejalan kaki , maka
jangan kaget kalau yang kita
tabrak malah yang minta
maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata
"tidak" untuk apabila
mendapat tawaran dari orang
lain. Jadi kita harus hati-hati
dalam pergaulan dengan
orang Jepang karena "hai" belum
tentu "ya" bagi orang Jepang
Pertanian merupakan tradisi
leluhur dan aset penting di
Jepang. Persaingan keras
karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang
murah, tidak menyurutkan
langkah pemerintah Jepang
untuk melindungi para
petaninya. Kabarnya tanah
yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan
pengurangan pajak yang
signifikan, termasuk beberapa
insentif lain untuk orang-
orang yang masih bertahan di
dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu
yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep
sukses yang bisa saya
rangkumkan. Bangsa
Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang
diatas, hanya mungkin kita
belum mengasahnya dengan
baik. Di Jepang mahasiswa
Indonesia termasuk yang
unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa
Jepang. Orang Indonesia juga
memenangkan berbagai
award berlevel internasional.
Saya yakin ada faktor "non-
teknis" yang membuat Indonesia agak terpuruk
dalam teknologi dan ekonomi.
Mari kita bersama mencari
solusi untuk berbagai
permasalahan republik ini. Dan
terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima
kebaikan dari siapapun juga.

0 Komentar: