Aku Fanny. Aku seorang mahasiswi tingkat satu jurusan pendidikan fisika di Universitas Negeri Padang. Hobiku menulis, baik itu essay, makalah, puisi, bahkan coretan yang tidak penting. Kali ini aku ingin menceritakan pengalamanku dengan seorang “mantan” sahabatku, Lis* Vebriani. Hmm, ada apa dengan dia? Mari disimak .. ^^
Beda usiaku dengan dia hanya satu tahun PAS. Tidak kurang, tidak lebih. Aku lahir ke dunia ketika dia merayakan ulangtahunnya yang pertama, 7 Desember 1993. Mungkin hal itulah yang membuat kami akrab. Hingga terjadilah peristiwa itu.
# Play Back
Hari itu adalah hari pertama aku mendaftar ulang di Universitas Negeri Padang. Agak canggung, sih. Aku yang pada saat itu ditemani oleh si manis merasa ragu-ragu saat akan menyerahkan formulir ke seseorang yang berdiri di depan pintu itu. Dan muncullah dia,
“ Hai. Kamu anak Smansa kan? “ , sapa nya ramah dan terkesan akrab
“ ya, hmm. Kamu kenal aku, ya? “ , aku merasa ge er karena banyak sekali yang mengenaliku namun aku tidak mengenali mereka sekalipun. Aku tersenyum melihat sikapnya yang seolah akrab dengan semua orang sekitar sana pada saat itu.
“Kamu ngambil jurusan apa? Aku pendidikan fisika. “ , tanya nya lagi.
“wah kebetulan. Aku juga pendidikan fisika. Ya udah. Salam kenal deh. Aku fanny. Kamu siapa? “ , tanya ku sedikit senang karena aku telah menemukan teman sekelasku untuk pertama kalinya di jurusan itu.
Akhirnya dengan obrolan yang cukup panjang, aku pun sudah terbiasa dengannya dan mulai akrab. Kami berteman sejak saat itu. Hingga ketika perkuliahan dimulai pun aku semakin akrab dan bersahabat dengannya. Dia menceritakan segala hal kepadaku. Aku pun juga begitu.
Hingga tibalah hari itu.
Dia menghilang begitu saja tanpa kabar. Jejak itu semakin memudar seiring dengan banyak pertanyaan ku padanya. Aku berusaha menghubunginya. Namun dia tidak membalas. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku kirim sebuah postingan ke dinding facebooknya. Postingannya yang ini :
Dia tidak merespon. Aku semakin penasaran dengannya. Akhirnya aku putus asa dan mempostingkan ini lagi untuknya :
Mungkin dia marah. Mungkin dia kesal. Tapi aku tidak peduli. Yang aku pedulikan sekarang adalah bagaimana hubunganku dengan dia kembali seperti dulu lagi.
Aku harap ada yang mengerti.
0 Komentar:
Posting Komentar