Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Rabu, 25 Juli 2012

Kumpulan Cerita LUPUS

Kamu penggemar LUPUS ??

Ayo rimari, download kumpulan cerita LUPUS dan nikmati lucunya tingkah si Lupus dan Teman-temannya :)

Baca sedikit dulu, awas jangan sampe ketawa :D


Teman-teman, diary ini adalah diary turun-temurun. Dulunya punya nenek moyang saya, yang memuat tentang kisah cinta remaja zaman dulu. Kemudian dari nenek moyang, diwariskan ke kakek saya. Dari kakek ke bapak, dari bapak ke saya. Dan nantinya akan saya wariskan ke anak saya. Mudah-mudahan anak saya mau menerima diary dari bapaknya yang ganteng ini. Kisah diary ini saya buka ketika saya baru masuk SMA Merah Putih.


Pagi itu memang ramai sekali. Banyak orang pakai baju seragam. Rata-rata dari mereka lagi pada kebingungan mencari kelas barunya. Peraturan di sekolah baru ini memang begitu. Anak-anak diharuskan mencari kelasnya sendiri-sendiri.


Waktu itu, saya juga lagi kebingungan mencari kelas saya. Di dekat saya, berdiri seorang gadis manis yang sama kebingungannya seperti saya. Saya kemudian memperhatikan wajahnya dengan seksama. Eh, ternyata dia juga sejak tadi sudah memperhatikan saya. Saya pun nekat menegur, 


“Hai!”

“Eh, hai, juga!”

“Kamu anak baru, ya?”

“Iya.”

“Kamu lagi bingung mencari kelas kamu, ya?”

“Iya.”

“Boleh saya bantu?”

“Iya, boleh. Eh, emangnya kamu siapa sih?”

“Saya? Saya anak baru juga di sini. Saya juga lagi bingung mencari kelas saya.”

“Oto, kamu anak baru juga?”


“Emangnya kenapa?”

“Enggak. Saya kira kamu tukang pel sekolahan...”

Ya, ampun. Jadi dia itu ngeliatin saya bukan karena tertarik dan simpati. Tapi karena dikira tukang pel.
Yah, begitulah pengalaman buruk pertama kali saya menginjakkan kaki di SMA ini. Tapi lepas dari kejadian tersebut, ternyata saya memang digemari oleh teman-teman saya, terutama ceweknya.

Hari pertama saya di kelas, banyak yang berebut ingin duduk di sebelah saya. Karena memang bangku-bangku lain sudah penuh, hihihi... dan ketika pelajaran dimulai, mereka senantiasa memandangi wajah saya. Kalau sehari saja saya nggak masuk sekolah, mereka pasti resah. Ya, karena kata mereka, nggak ada lagi yang bisa dikata-katain. Sialan juga, ya?

Tapi pada dasarnya, di sekolah ini saya merasa bahagia. Anaknya baik-baik, enggak ada yang sakit. Makanya dibenci dokter. Di sini, saya juga banyak mendapat teman. Eh, tapi yang mau kenalan selalu mereka dulu. Seperti, ada anak yang rambutnya rada panjang. Yang selalu mengulum permen karet. Yang matanya bulat berkilat-kilat. Namanya...


“Halo, anak baru!”

Belum sempat ditanya, dianya udah negro duluan. Terpaksa saya menjawab dengan senyum manis, 


“Halo juga!”

“Eh, kenalan dong. Abis kamu keren sih!”

“Boleh aja!”

“Nama saya Lupus.”

“Saya Boim. Kenapa kamu tertarik mau kenalan sama saya?” ujar saya ge-er.

Anak itu tersenyum-senyum lucu. “Abis kamu lain dari yang lain sih!”


“Apanya yang lain?” saya jadi penasaran.

“Mukanya. Yang mana hidung, yang mana kuping. Abis hampir sama, hihihi.” Anak itu cekikikan geli. “Eh, jangan marah, ya?


Anggap aja nggak becanda. Bo..., siapa nama kamu tadi? Botol, ya?”

“Boim”

“Iya, Boim. Eh, kita kenalan sama yang lain, yuk? Tuh, ada anak yang lagi bengong sendirian. Kita samperin, yuk?”

Saya dan Lupus pun nyamperin anak yang bengong tadi.

“Halo, kok bengong aja? Eh, kamu mau kenalan sama kita berdua nggak? Ditanggung halal deh!” sapa Lupus.


“Iya, dijamin seratus persen,” tambah saya.

Anak itu nggak langsung menjawab. Mikir dulu untung ruginya?”

“Boleh!”

Anak itu mengernyitkan dahi sebentar. “Ya, setelah saya timbangtimbang, saya mau deh kenalan sama kamu berdua. Saya Anto.”


“Saya Lupus.”

“Saya Boim.”

Anto langsung memandang heran ke arah saya, ketika saya menyebutkan nama saya. Ujarnya, “kamu lagi dimaper, ya? Kok masih pake topeng sih?”

“Siapa yang pake topeng?”

“Itu!” Anto menunjuk ke wajah saya.

“Hahahah..., makanya, Im. Kalo mau kenalan buka dulu topengnya.” Lupus terpingkal-pingkal.

Gimana??
Lucu kan??

Makanya, download semua serinya disini :)

Lupus bangun dong lupus
Lupus, boys don't cry
Lupus, candle light dinner
Lupus, cinta olimpiade
Lupus, dalam Olga dan TV Swasta
Lupus, dalam sepatu roda
Lupus, jalan-jalan seram
Lupus kecil
Lupus, kutukan bintik merah
Lupus, rumpi kala hujan
Lupus yang paling oke

Jangan lupa tinggalkan komentar nya yaaa :)



17 Komentar:

DhynaSaurus mengatakan...

huaaaaah, keren kak..
akhirnya bisa baca cerita LUPUS lagi..
makasi :)

Outbound di Malang mengatakan...

nice post :)
ditunggu kunjungan baliknya yaah ,

fanny mengatakan...

Eva
iyaaa masama :)
silahkan dibaca yaa :)

outbound
iyaa sudaaaaaaaaah :)
hehehe makasih yaaa

enos mengatakan...

Wah, jadi inget masa masa dulu lagi euy.. :D

Anonim mengatakan...

Mbak . Ga ad seri yg lain ya ?? Makasi sblmnya mbak :)

fanny mengatakan...

Waah saya baru punya ini mbak :)

Unknown mengatakan...

Lupus emang keren bgt....

Unknown mengatakan...

Terima kasih udah berbagi

Unknown mengatakan...

matur suwun mbak, kocak ga ada abisnya emg om hilman

Unknown mengatakan...

Kok saya gak ketawa ya?
Masih bagus bacaan di novel aslinya :)

fanny mengatakan...

Betul sekali mas :)

fanny mengatakan...

Sama-sama mas :)

fanny mengatakan...

Betul sekali mbak.. Kocak emang..

fanny mengatakan...

Kenapa mbak gak ketawa saya juga tidak tahu mbak :)

Anonim mengatakan...

Saya ijin download ya. Terima kasih :)

Dennisa mengatakan...

Izin download ya sis, terima kasih udah berbagi hehe :D

Said Herriza mengatakan...

Terimakasih banyak ya....saya bisa baca lupus lagi, gratis pula. Jadi ingat masa SMA dulu tahun 80 an..