Aku punya siswa di Nurul Fikri yang unik dan menarik perhatianku. Inisialnya FA. Dia anak yang rajin dan pintar. Menurut penuturannya di awal pembelajaran semester dua, dia mendapatkan nilai yang bagus untuk Fisika dan ini membuat aku cukup senang. Menariknya lagi, dia ternyata selalu juara satu setiap semesternya di kelasnya. Bahkan, dia mampu memasuki kelas unggul di tahun kedua.
Selama di kelas, menurutku dia termasuk anak yang sopan terhadap guru dan mau berusaha keras. Keaktivannya di kelas membuatku salut dan bangga menjadi pengajarnya. Dia tak pernah bosan untuk bertanya dan belajar hal baru lebih dulu dari teman-temannya yang lain.
Melihatnya seperti itu aku menjadi bersemangat untuk menjalani kehidupan ini karena masih ada kok yang lebih dari kita yang dapat memberikan kita motivasi. Kita dapat bercermin kepada orang yang lebih baik dari kita, mengikuti sifat positif yang dimilikinya dan menjadikan sesuatu yang berharga.
Aku ingat, bagaimana aku selama sekolah. Beberapa orang di kelasku pernah mengatakan bahwa aku anak yang obsesif dan tak mau kalah. Ya aku terima itu. Bahkan sampai aku beranjak dewasa dan menjadi mahasiswa aku masih seperti itu. Aku sempat frustasi saat aku menganggap komentar mereka adalah sepenuhnya negatif. Namun setelah aku sharing dengan sahabat dan melihat siswaku kini, aku sadar bahwa dalam pembelajaran sifat seperti itu tidak salah. Namun harus terkontrol dan kita harus pandai dalam mengaturnya. Jika tidak, ini akan berdampak buruk pada sosial kita. Orang-orang yang tak mengerti kita akan bebas membuat kita terpuruk dengan segala komentarnya.
Intinya, kita bebas dan berhak untuk mempunyai obsesi, bersifat obsesif dan tak mau kalah asalkan itu positif. Kita berhak mengangkat diri kita setinggi mungkin untuk mencapai cita-cita namun jangan sampai kita menjatuhkan orang lain. Bahkan kalau dapat, kita ajak juga mereka untuk meningkatkan potensi diri bersama.
Bersama kita kuat, ya kan?
Allahu Akbar
0 Komentar:
Posting Komentar