Guys, pernah nggak sih merasa galau antara nilai pribadi atau teman???
Saat kamu mengalami hal sulit memilih antara mempertaruhkan nilai tugasmu atau teman sekelasmu sendiri?
Aku pernah,
Dan itu terjadi kemaren.
Ceritanya begini.
Minggu lalu, Bapak ***** menyuruh kami untuk mencari defenisi-defenisi besaran fisika yang terkait dengan materi kuliah hari itu. Aku dengar dengan jelas bahwa tugas itu untuk minggu depan dan dikumpulkan. Malam itu juga, aku langsung mengerjakan tugas tersebut. Ku tulis tangan bahkan ku ketik dengan baik.
Namun, kemaren, hari dimana tugas itu seharusnya dikumpulkan, teman-temanku menyangkal kalau bapak pernah ngasih tugas ini. Mereka bilang, " Bapak gak nyuruh dibikin di double folio, cuma disuruh cari aja " atau " Nggak ada tugas tuh ".
Aku yang pada saat itu telah ingin mengumpulkan tugasku jadi ragu, apakah tugas ini harus ku serahkan atau tidak. Mungkin saja yang benar-benar telah membuat tugas itu di rumah hanya aku dan sahabatku, Echi. Yang lain? Entahah.
Aku ragu, kalau aku mengumpulkan tugasku, teman-teman akan marah kepadaku. Begitu juga menurut pendapat beberapa teman yang duduk dekat denganku saat itu. Apakah tujuan mereka baik untuk memperingatiku mengingat sudah cukup banyak problem yang pernah aku rasakan di kelas atau malah bertujuan buruk, untuk kepentingan pribadi mereka saja. (Think different, aku memikirkan dua sisi ini)
JIka aku nggak ngumpulin tugas, bapak sudah tegas-tegas mengatakan bahwa nilai tugas pertama telah hilang. Aku nggak tau ini cukup mempengaruhi nilai akhir nanti atau tidak yang pasti aku sangat kecewa kalau sampai itu terjadi.
Dan yang aku lakukan saat itu adalah diam saja. Kemudian beberapa temanku meminjam dan menyalin tugasku. Aku nggak masalah dengan itu. Hanya saja, kenapa disaat seperti itu, banyak sekali orang-orang yang belum dewasa pemikirannya mengenai ini. Aku bukannya sok dewasa karena aku tau aku masih cetek dalam masalah dewasa pendewasaan sikap. Tapi apakah yang mereka lakukan itu benar, sebelumnya mereka bilang tidak ada tugas tapi akhirnya mencoba mengamankan diri dengan harapan nilai tugas mereka terselamatkan?
Akhirnya, aku mengumpulkan tugas itu di akhir pembelajaran.
Tapi sangat mengecewakan.
Tugas itu ditolak.
" Saat pintu yang satu tertutup, pintu yang lainnya akan terbuka "
Aku yakin, Allah Swt mengetahui dan memahami betul bagaimana perasaanku saat itu. Ini menjadi pelajaran buatku. Kesempatan berikutnya, aku tidak akan mengulanginya lagi.
Saat kamu mengalami hal sulit memilih antara mempertaruhkan nilai tugasmu atau teman sekelasmu sendiri?
Aku pernah,
Dan itu terjadi kemaren.
Ceritanya begini.
Minggu lalu, Bapak ***** menyuruh kami untuk mencari defenisi-defenisi besaran fisika yang terkait dengan materi kuliah hari itu. Aku dengar dengan jelas bahwa tugas itu untuk minggu depan dan dikumpulkan. Malam itu juga, aku langsung mengerjakan tugas tersebut. Ku tulis tangan bahkan ku ketik dengan baik.
Namun, kemaren, hari dimana tugas itu seharusnya dikumpulkan, teman-temanku menyangkal kalau bapak pernah ngasih tugas ini. Mereka bilang, " Bapak gak nyuruh dibikin di double folio, cuma disuruh cari aja " atau " Nggak ada tugas tuh ".
Aku yang pada saat itu telah ingin mengumpulkan tugasku jadi ragu, apakah tugas ini harus ku serahkan atau tidak. Mungkin saja yang benar-benar telah membuat tugas itu di rumah hanya aku dan sahabatku, Echi. Yang lain? Entahah.
Aku ragu, kalau aku mengumpulkan tugasku, teman-teman akan marah kepadaku. Begitu juga menurut pendapat beberapa teman yang duduk dekat denganku saat itu. Apakah tujuan mereka baik untuk memperingatiku mengingat sudah cukup banyak problem yang pernah aku rasakan di kelas atau malah bertujuan buruk, untuk kepentingan pribadi mereka saja. (Think different, aku memikirkan dua sisi ini)
JIka aku nggak ngumpulin tugas, bapak sudah tegas-tegas mengatakan bahwa nilai tugas pertama telah hilang. Aku nggak tau ini cukup mempengaruhi nilai akhir nanti atau tidak yang pasti aku sangat kecewa kalau sampai itu terjadi.
Dan yang aku lakukan saat itu adalah diam saja. Kemudian beberapa temanku meminjam dan menyalin tugasku. Aku nggak masalah dengan itu. Hanya saja, kenapa disaat seperti itu, banyak sekali orang-orang yang belum dewasa pemikirannya mengenai ini. Aku bukannya sok dewasa karena aku tau aku masih cetek dalam masalah dewasa pendewasaan sikap. Tapi apakah yang mereka lakukan itu benar, sebelumnya mereka bilang tidak ada tugas tapi akhirnya mencoba mengamankan diri dengan harapan nilai tugas mereka terselamatkan?
Akhirnya, aku mengumpulkan tugas itu di akhir pembelajaran.
Tapi sangat mengecewakan.
Tugas itu ditolak.
" Saat pintu yang satu tertutup, pintu yang lainnya akan terbuka "
Aku yakin, Allah Swt mengetahui dan memahami betul bagaimana perasaanku saat itu. Ini menjadi pelajaran buatku. Kesempatan berikutnya, aku tidak akan mengulanginya lagi.
0 Komentar:
Posting Komentar