Well, jadi aku mau ceritain pengalaman pertamaku mengajar di sekolah (sendirian tanpa teman sejawat ataupun guru mata pelajaran yang mendampingi). Aku benar-benar sendiri di kelas itu dan kamu tau? Aku berada di kelas 3 SMA ^_^
Teman-temanku pada nanyain, "Lho kok kamu ngajar di kelas 3, sih? Kita kan ditugaskan di kelas 1". Aku bilang, "Yaa mau gimana lagi, aku ibarat guru terbang sana sini memasuki kelas yang kosong (gak ada gurunya). Hahaha". Temanku malah masang tampang hampa.
Mungkin kalian pernah belajar sama yang namanya guru "PL" alias Praktek Lapangan. Rasanya gimana? Menyenangkan atau malah membosankan??
Aku pernah belajar sama guru PL. Saat itu aku berada di kelas 2 SMP. Yaa, bisa dikatakan kita masih patuh sama guru, guru apapun itu, dan aku memang anak baik ckck. Tapi ini berbeda saat kamu mengajar di kelas 3 SMA ! Kamu bisa jadi bahan becandaan murid-murid kamu yang suka iseng, atau kamu jadi bulan-bulanan siswa pandai yang iseng bertanya soal yang kira-kira kamu nggak bisa jawab. Everything can be happened saat kamu berada di kelas itu :D
Awalnya aku memang menyangka seperti itu. Saat di depan pintu, aku sedikit gugup dan pengen ke meja piket aja. Tapi sejenak perasaan seperti itu hilang saat aku melihat salah seorang siswa kelas XII IPA 2 itu keluar dari ruangan dan menyapa aku, "miss". Haha. Terdengar konyol tapi hasrat untuk mengajar itu tiba-tiba muncul dan aku memberanikan diri menegur beberapa siswa yang sedang berdiri di depan pintu itu.
"Ananda, kelas lagi kosong?", tanyaku ramah.
"Enggak, miss. Kan ada manusianya", jawab salah seorang anak yang aku perkirakan anak paling bandel di kelas itu.
'Aku sudah memprediksi ini dari tadi. Oke, aku balas', pikiran busukku muncul.
"Kalau gitu, miss bantu nambahin isi kelasnya yaa. Ayo, masuk kelas semuanya", kataku konyol.
Mereka masuk dengan ekspresi wajah yang beraneka ragam. Ada yang kaget, ada yang sedih, ada yang senang, bahkan ada yang mencurigakan.
Aku mencoba memplejarai ekspresi wajah-wajah siswaku ini. Mungkin, perkenalan dan beberapa motivasi cukup untuk mendekati mereka.
"Baiklah, karena guru Fisika kalian hari ini nggak bisa masuk kelas. Jadi...", Aku terdiam membiarkan mereka diam dengan sendirinya.
"Miss yang menggantikan, ya?", tanya salah satu siswa yang duduk paling belakang.
"Iyaa, benar sekali.", jawabku dengan nada seperti Mario Teguh mengatakan 'Super sekali' :D
"Horeeeee", begitulah anak-anak itu berteriak. Ada mimik kegembiraan di wajah mereka. Aku bisa menebak, mungkin itu karena gurunya tidak masuk dan yang menggantikan guru tersebut, ibu guru yang manis seperti aku. Huahaha.
Jadi, aku awali pembelajaran hari itu dengan perkenalan yang cukup panjang. Ku ceritakan pengalaman ku selama di sekolah dan mengapa aku memilih menjadi guru. Aku ceritakan juga bagaimana aku harus menjelaskan kepada orang-orang yang suka sekali bertanya, 'kenapa kok milih kuliah di UNP?'. Yaa sudahlah itu memang menjadi cerita paling ditunggu jika aku berada di lingkungan siswa yang orientasinya memang bukanlah UNP ^_^
Setelah itu, aku berikan mereka motivasi yang membangun dan membuat mereka sedikit banyak belajar dari apa yang ku sampaikan. Tak segan aku menanyakan kepada mereka, bagaimana motivasi mereka agar bisa mendapatkan prestasi yang bagus. Aku bilang, 'Bisa jadi motivasi kalian menjadi motivasi juga untuk Miss'. Mereka senang aku memberikan apresiasi yang pantas untuk mereka.
Setelah 20 menit bercerita, aku melanjutkan materi tentang Gelombang Bunyi. Dengan penekananku yang khas, aku ajari mereka materi ini. Kemudian, aku ajak mereka membahas soal secara berkelompok. Mereka dengan senang duduk berkelompok dan mengerjakan soal yang aku berikan.
Yang membuat aku senang, mereka suka bertanya. Sehingga aku menjadi sibuk berjalan kesana kesini untuk memberikan "pelayanan khusus" bagi mereka yang tidak malu untuk bertanya. Aku juga menemukan beberapa siswa yang sibuk dengan Gadgetnya. Tak segan aku menegur mereka serta menasehati mereka agar memanfaatkan momen ini untuk belajar. Mereka tersenyum malu. Yaa aku paham dengan kondisi mereka yang selalu haus dengan refreshing. Tapi aku jelaskan ke mereka, "Apa yang kalian lakukan hari ini akan berbuah di hari yang akan datang".
Begitulah seterusnya aku menghabiskan waktu 2 jam pelajaran di kelas itu. Aku sangat bahagia. Merekapun senang. Hingga hari-hari seterusnya saat mereka bertemu denganku, mereka tak segan menyapaku dan tersenyum padaku, seolah mereka ingin bilang, 'Kami semangat menuju UN, miss'
I love to be teacher :)
Teman-temanku pada nanyain, "Lho kok kamu ngajar di kelas 3, sih? Kita kan ditugaskan di kelas 1". Aku bilang, "Yaa mau gimana lagi, aku ibarat guru terbang sana sini memasuki kelas yang kosong (gak ada gurunya). Hahaha". Temanku malah masang tampang hampa.
Mungkin kalian pernah belajar sama yang namanya guru "PL" alias Praktek Lapangan. Rasanya gimana? Menyenangkan atau malah membosankan??
Aku pernah belajar sama guru PL. Saat itu aku berada di kelas 2 SMP. Yaa, bisa dikatakan kita masih patuh sama guru, guru apapun itu, dan aku memang anak baik ckck. Tapi ini berbeda saat kamu mengajar di kelas 3 SMA ! Kamu bisa jadi bahan becandaan murid-murid kamu yang suka iseng, atau kamu jadi bulan-bulanan siswa pandai yang iseng bertanya soal yang kira-kira kamu nggak bisa jawab. Everything can be happened saat kamu berada di kelas itu :D
Awalnya aku memang menyangka seperti itu. Saat di depan pintu, aku sedikit gugup dan pengen ke meja piket aja. Tapi sejenak perasaan seperti itu hilang saat aku melihat salah seorang siswa kelas XII IPA 2 itu keluar dari ruangan dan menyapa aku, "miss". Haha. Terdengar konyol tapi hasrat untuk mengajar itu tiba-tiba muncul dan aku memberanikan diri menegur beberapa siswa yang sedang berdiri di depan pintu itu.
"Ananda, kelas lagi kosong?", tanyaku ramah.
"Enggak, miss. Kan ada manusianya", jawab salah seorang anak yang aku perkirakan anak paling bandel di kelas itu.
'Aku sudah memprediksi ini dari tadi. Oke, aku balas', pikiran busukku muncul.
"Kalau gitu, miss bantu nambahin isi kelasnya yaa. Ayo, masuk kelas semuanya", kataku konyol.
Mereka masuk dengan ekspresi wajah yang beraneka ragam. Ada yang kaget, ada yang sedih, ada yang senang, bahkan ada yang mencurigakan.
Aku mencoba memplejarai ekspresi wajah-wajah siswaku ini. Mungkin, perkenalan dan beberapa motivasi cukup untuk mendekati mereka.
"Baiklah, karena guru Fisika kalian hari ini nggak bisa masuk kelas. Jadi...", Aku terdiam membiarkan mereka diam dengan sendirinya.
"Miss yang menggantikan, ya?", tanya salah satu siswa yang duduk paling belakang.
"Iyaa, benar sekali.", jawabku dengan nada seperti Mario Teguh mengatakan 'Super sekali' :D
"Horeeeee", begitulah anak-anak itu berteriak. Ada mimik kegembiraan di wajah mereka. Aku bisa menebak, mungkin itu karena gurunya tidak masuk dan yang menggantikan guru tersebut, ibu guru yang manis seperti aku. Huahaha.
Jadi, aku awali pembelajaran hari itu dengan perkenalan yang cukup panjang. Ku ceritakan pengalaman ku selama di sekolah dan mengapa aku memilih menjadi guru. Aku ceritakan juga bagaimana aku harus menjelaskan kepada orang-orang yang suka sekali bertanya, 'kenapa kok milih kuliah di UNP?'. Yaa sudahlah itu memang menjadi cerita paling ditunggu jika aku berada di lingkungan siswa yang orientasinya memang bukanlah UNP ^_^
Setelah itu, aku berikan mereka motivasi yang membangun dan membuat mereka sedikit banyak belajar dari apa yang ku sampaikan. Tak segan aku menanyakan kepada mereka, bagaimana motivasi mereka agar bisa mendapatkan prestasi yang bagus. Aku bilang, 'Bisa jadi motivasi kalian menjadi motivasi juga untuk Miss'. Mereka senang aku memberikan apresiasi yang pantas untuk mereka.
Setelah 20 menit bercerita, aku melanjutkan materi tentang Gelombang Bunyi. Dengan penekananku yang khas, aku ajari mereka materi ini. Kemudian, aku ajak mereka membahas soal secara berkelompok. Mereka dengan senang duduk berkelompok dan mengerjakan soal yang aku berikan.
Yang membuat aku senang, mereka suka bertanya. Sehingga aku menjadi sibuk berjalan kesana kesini untuk memberikan "pelayanan khusus" bagi mereka yang tidak malu untuk bertanya. Aku juga menemukan beberapa siswa yang sibuk dengan Gadgetnya. Tak segan aku menegur mereka serta menasehati mereka agar memanfaatkan momen ini untuk belajar. Mereka tersenyum malu. Yaa aku paham dengan kondisi mereka yang selalu haus dengan refreshing. Tapi aku jelaskan ke mereka, "Apa yang kalian lakukan hari ini akan berbuah di hari yang akan datang".
Begitulah seterusnya aku menghabiskan waktu 2 jam pelajaran di kelas itu. Aku sangat bahagia. Merekapun senang. Hingga hari-hari seterusnya saat mereka bertemu denganku, mereka tak segan menyapaku dan tersenyum padaku, seolah mereka ingin bilang, 'Kami semangat menuju UN, miss'
I love to be teacher :)
2 Komentar:
Mengajar memang sangat menyenangkan, jiwa yang biasanya diam ketika bertemu wajah-wajah muda rasanya ingin berbagi ilmu
Betul sekali pak. Dan pengalaman 3 tahun lalu ini membuat saya semakin menyenangi menagajar.
Posting Komentar