Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Senin, 10 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN "PROPOSAL PENELITIAN"



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Untuk mempelajari fisika dibutuhkan kemampuan berpikir ilmiah. Pernyataan ini diungkapkan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang menjelaskan bahwa fisika yang merupakan mata pelajaran yang dipelajari di tingkat SMA berfungsi untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah. Salah satu indikator berpikir ilmiah adalah berpikir kreatif.
Siswono (2009) mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada ketepatgunaan dan keberagaman jawaban. Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif akan makin tinggi jika seseorang itu mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban. Semua jawaban yang dikemukakan harus sesuai dengan permasalahan. Selain itu jawabannya harus bervariasi.
Disisi lain, Izzati (2010) menyebutkan bahwa “Berpikir kreatif merupakan sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemunginan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga”. Intuisi tersebut dapat memancing perasaan seseorang untuk memecahkan masalah dengan cara yang berbeda atau menyelidiki suatu hal dalam sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan menciptakan dan menemukan banyak ide atau solusi untuk suatu permasalahan.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menemukan ide-ide baru kemudian mengkonstruksi ulang atau menemukan cara pemecahan masalah (Velsor, 2010:17). Kemampuan berpikir kreatif mempunyai indikator-indikator tertentu yang membedakannya dari kemampuan berpikir yang lain. Secara umum, indikator kemampuan berpikir kreatif adalah: (1) fluency, memiliki banyak gagasan; (2) flexibility, memberikan interpretasi terhadap gambar; (3) originality, menyelesaikan masalah dengan mensintesis, dan (4) evaluation, memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri. Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif jika memenuhi indikator-indikator berpikir kreatif. Semakin banyak kemampuan yang memenuhi indikator, maka semakin tinggi tingkat kemampuan berpikir kreatifnya.
Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa, guru perlu menggunakan berbagai model belajar yang memperlihatkan kepada siswa penerapan konsep fisika dan penyelesaian permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang digunakan harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif memikirkan ide dan menerapkan konsep fisika dalam menyelesaikan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah.
Salah satu bentuk pembelajaran berbasis masalah adalah Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran CPS dapat mendorong siswa berpikir kreatif untuk memecahkan masalah fakta, konsep, dan prinsip dalam pembelajaran fisika. CPS dijelaskan oleh Pepkin (2004:1) dalam Muslich (2009:221) bahwa “CPS adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah dan diikuti dengan penguatan kreativitas”. Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa model pembelajaran CPS dapat digunakan untuk memancing kemampuan berpikir kreatif sesuai dengan indikator berpikir kreatif.
Pembelajaran fisika yang dilaksanakan di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan tersebut digunakan siswa untuk membangun dan menemukan jati diri, seperti yang diungkapkan dalam lima pilar belajar prinsip pelaksanaan kurikulum. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dilakukan agar siswa siap menghadapi permasalahan yang muncul sewaktu-waktu dengan melihat peluang pemecahan masalah, menemukan hubungan antara ide-ide yang berbeda dan mampu mengkonstruksi ulang atau menemukan cara pemecahan masalah.
SMAN 1 Padang merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Padang. Keunggulan SMAN 1 Padang terletak pada input siswa yang memiliki nilai Ujian Nasional yang bagus, sarana dan prasarana yang lengkap, pengajar yang kompeten dibidangnya, dan administrasi sekolah yang baik. Keunggulan yang dimiliki SMAN 1 Padang berdampak pada proses pembelajaran yang berlangsung di SMAN 1 Padang.
Walaupun telah didukung oleh beberapa keunggulan sekolah, sebagian besar hasil belajar siswa SMAN 1 Padang belum bisa mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat dari nilai akhir fisika siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai akhir fisika siswa kelas XI IPA SMAN 1 Padang tahun ajaran 2012/2013 Semester 1

Kelas
Rata-rata
Tuntas
Persentase (%)
Tidak Tuntas
Persentase (%)
KKM
XI IPA 1
75
3
10,71
25
89,29
80
XI IPA 2
77
13
44,83
16
55,17
80
XI IPA 3
78
8
28,57
20
71,43
80
XI IPA 4
79
11
37,93
18
62,07
80
XI IPA 5
81
18
62,07
11
37,93
80
XI IPA 6
80
13
46,43
15
53,57
80
XI IPA 7
82
20
74,07
7
25,93
80
Sumber: Tata Usaha SMAN 1 Padang
Pada Tabel 1 terlihat bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mampu mencapai KKM. Bahkan pada kelas XI IPA 1, hanya 3 orang yang memiliki nilai diatas KKM. Hanya dua kelas yang mencapai persentase ketuntasan yang melebihi 50%, yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 7. Kondisi tersebut menandakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa masih kurang.
Untuk mengetahui penyebab hasil belajar fisika yang masih kurang, penulis melakukan survei lapangan kepada siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Padang. Pada survei ini, penulis memberikan sebuah soal yang berhubungan dengan materi fisika. Salah satu materi fisika yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif adalah dinamika translasi pada bidang miring. Siswa diminta untuk mencari kecepatan awal yang dimiliki benda saat benda berada pada dasar bidang miring jika diketahui lintasan tempuh dan sudut kemiringan bidang miring. Penulis meminta siswa untuk menyelesaikan soal dengan lebih dari satu cara. Pada dasarnya, ada dua cara yang dapat digunakan untuk menjawab soal tersebut. Pertama, dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik. Kedua, dengan menggunakan persamaan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Namun, setelah penulis menelaah jawaban dari siswa, sebanyak 80% siswa hanya menggunakan cara yang pertama.
Saat penulis melakukan wawancara lebih lanjut dengan beberapa orang siswa, diperoleh informasi bahwa pada saat mengerjakan soal, cara pertamalah yang terpikirkan terlebih dahulu. Implikasinya, siswa melupakan cara kedua yang juga dapat digunakan untuk mengerjakan soal tersebut. Dari wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyebab dari kurangnya hasil belajar fisika siswa diduga akibat kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal.
Penyebab dari kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa adalah siswa masih menganggap fisika merupakan mata pelajaran hafalan sehingga menyebabkan siswa mudah berputus asa dalam mengerjakan soal dan tidak kreatif untuk menemukan hubungan antar konsep. Kebiasaan menghafal rumus mengakibatkan siswa belum memahami bahwa materi fisika berkaitan dengan lingkungan sekitar. Kebiasaan tersebut disebabkan belum terkaitnya materi fisika yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari. Padahal ilmu fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam, seperti potensi daerah yang dimiliki oleh lingkungan sekitar siswa. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB X Pasal 36 dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 mengharuskan agar proses pembelajaran yang diatur dalam kurikulum dikembangkan berdasarkan potensi daerah. Selain itu, Permen No. 3 Tahun 2008 menegaskan bahwa dalam rancangan pembelajaran haruslah memuat materi pengayaan. Pembelajaran yang diperkaya dengan potensi daerah seharusnya dapat diterapkan di Sumatera Barat.
Sumatera Barat memiliki potensi daerah yang cukup beragam. Salah satu potensi daerah Sumatera Barat adalah gunung berapi yang masih aktif. Sumatera Barat mempunyai dua gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Marapi dan Gunung Talang. Gunung Marapi adalah gunung yang terletak di kawasan Kabupaten Agam dengan ketinggiannya mencapai 2.891 m sedangkan Gunung Talang adalah gunung yang terletak di Kabupaten Solok dengan ketinggian 2.597 m. Kedua gunung ini memiliki potensi letusan yang cukup sering. Gunung Marapi telah meletus sebanyak 50 kali sejak akhir abad 18 sedangkan Gunung Talang telah meletus 4 kali sejak tahun 1833 hingga tahun 2007. Mengingat cukup besarnya potensi gunung meletus di Sumatera Barat, proses pembelajaran fisika di sekolah seharusnya dapat dikaitkan dengan materi gunung meletus. Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran fisika yang diharapkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah belum terlaksana dengan baik.
Salah satu penyebab dari belum terlaksananya proses pembelajaran yang terkait dengan potensi daerah adalah belum adanya pengintegrasian materi bencana ke dalam materi fisika. Hal ini diakibatkan belum adanya media yang terintegrasi materi bencana alam yang dapat digunakan siswa. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan Handout terintegrasi materi bencana gunung meletus.
Handout merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru (Majid, 2006:175). Handout memiliki kelebihan diantaranya adalah penyusunannya lebih sederhana dan mudah dikembangkan sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengintegrasikan materi bencana ke dalam proses pembelajaran. Handout yang terintegrasi materi bencana gunung meletus berisi penjelasan singkat atau elaborasi tentang suatu materi ajar dan kaitannya dengan materi bencana gunung meletus, soal latihan, dan evaluasi.
Materi yang disajikan dalam Handout adalah hukum kekekalan energi dan momentum. Pada konsep energi mekanik, siswa memahami energi yang terkandung dalam material vulkanik dan penyebab material vulkanik dapat mengakibatkan kerusakan di bumi. Kemudian, pada konsep hukum kekekalan momentum, siswa dapat memahami akibat yang ditimbulkan oleh adanya tumbukan antara material vulkanik dengan benda-benda yang berada disekitarnya. Materi fisika dan bencana alam gunung meletus tersebut disajikan dengan menggunakan Handout mekanika dalam model pembelajaran Creative Problem Solving.
Penggunaan Handout mekanika terintegrasi materi bencana gunung meletus dalam pembelajaran Creative Problem Solving diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan memunculkan karakter siaga bencana. Hal ini terlihat pada saat terjadi bencana atau ditayangkan video sebuah bencana, siswa mengetahui sikap yang harus dilakukan. Sikap siaga tersebut akan muncul karena siswa mempunyai pemahaman dari informasi terkait bencana yang telah digali. Dengan adanya sikap siaga bencana dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, maka siswa dapat melakukan tindakan yang tepat saat terjadi bencana. Oleh karenanya, Handout mekanika terintegrasi materi bencana gunung meletus dalam pembelajaran fisika di duga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif dan karakter siaga bencana gunung meletus.
Bertolak dari latar belakang di atas dapat dirumuskan dalam bentuk penelitian yang berjudul “Pengaruh Handout Mekanika Terintegrasi Materi Bencana Gunung Meletus terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa dalam Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) di Kelas XI SMAN 1 Padang.



B.           Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh Handout mekanika terintegrasi materi bencana gunung meletus terhadap hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) di Kelas XI SMAN 1 Padang?”

C.          Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran, maka penulis membatasi masalah pada:
1.            Materi penelitian ini adalah materi kelas XI semester I, yaitu Hukum Kekekalan Energi Mekanik dan Momentum
2.            Hasil belajar yang dinilai meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada ranah kognitif, penulis membatasi pada kemampuan berpikir kreatif siswa

D.          Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh Handout mekanika terintegrasi materi bencana gunung meletus terhadap hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) di Kelas XI SMAN 1 Padang.




E.           Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1.            Bagi siswa, untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
2.            Bagi guru, untuk membantu guru meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran Creative Problem Solving
3.            Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan mengembangkan kurikulum berdasarkan potensi daerah

0 Komentar: