Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 18 Juni 2013

Soal Ujian Mid Semester Pengantar Pendidikan

Soal Ujian Mid Semester Pengantar Pendidikan
  1. Jelaskan hakikat manusia menurut pandangan psikoanalitik!
  2. Kemukakan unsur-unsur pendidikan dan keterkaitannya dalam bentuk skema. Kemudian jelaskan kualitas pendidikan (hasil belajar) bila salah satu unsur pendudikan tidak ada.
  3. Jelaskan dengan ringkas disertai dengan contoh bahwa implikasi gerakan pengajaran alam sekitar adalah kurikulum muatan lokal.
  4. Pada saat sekarang ini, pendidikan di negara Indonesia masih banyak mengalami permasalahan. Diantaranya adalah masalah mutu pendidikan yang masih rendah. Jelaskan pendapat anda dalam hal ini dan kemukakanlah upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan mutu pendidikan
  5. Azas-azas pokok pendidikan di negara Indonesia terdiri dari tiga, yaitu Asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar. Jelaskan masing-masing azas, dan penerapannya dalam pendidikan Indonesia, disertai contoh.
  6. Diantara tiga jenis lingkungan pendidikan yang ada, manakah yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak? Jelaskan alasan anda beserta contoh.
  7. Hari pendidikan nasional ditetapkan setiap tanggal 2 Mei sesuai dengan kelahiran Ki Hajar Dewantara. Jelaskan pandangan anda tentang hal ini dan apakah di Indonesia sesuai dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara?
  8. Perubahan kurikulum menjadi KBK pada tahun 2004 dan kemudian disempurnakan lagi menjadi kurikulum KTSP yang sekarang digunakan di sekolah-sekolag merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Jelaskan pendapat anda tentang perubahan kurikulum tersebut
  9. Masalah utama yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini adalah msalah yang berkaitan dengan moral anak didik yang kurang memperhatikan nilai-nilai. Jelaskan pendapat anda kenapa terjadi hal seperti itu dan bagaimana usaha pemecahannya?
  10. Dalam menghadapi krisis globalisasi seperti yang terjadi saat sekarang ini, pendidikan yang bagaimana seharusnya dilaksanakan di Indonesia saat ini? Jelaskan pendapat anda.
Jawaban Soal Ujian Mid Semester Pengantar Pendidika

Jelaskan hakikat manusia menurut pandangan psikoanalitik!
Menurut Freud dalam Akta Mengajar V oleh Universitas Terbuka, secara hakiki kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen, yaitu Id, ego, dan superego. Selanjutnya dijelaskan bahwa Id meliputi berbagai jenis keinginan, dorongan, kehendak, dan insting manusia yang mendasari perkembangan individu, yang sering juga disebut libido seksual atau dorongan untuk mencapai kenikmatan hidup. Ego berfungsi untuk menjembatani antara Id dengan dunia luar dari individu. Yang muncul ke dunia luar dari perbuatan individu adalah egonya. Ego mengatur gerak gerik Id dalam memuaskan libidonya, dengan cara tidak memunculkan semua dorongan yang timbul atau ada di dalam Id. Selanjutnya superego, tumbuh dan berkembang berkat interaksi antara indovidu dengan lingkungannya, yang bersifat mengatur seperti : nilai (value) moral, adat, tradisi, hukum, norma dan yang sejenis lainnya. Jadi superego adalah pengawas tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Kemukakan unsur-unsur pendidikan dan keterkaitannya dalam bentuk skema. Kemudian jelaskan kualitas pendidikan (hasil belajar) bila salah satu unsur pendidikan tidak ada.
Dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur  pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi, yaitu :
a.       Tujuan
Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta kehidupan sebagai makhluk yang beragama (Ketuhanan Yang Maha Esa).
b.      Pendidik
Pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan.
c.       Subjek didik
Subjek didik adalah manusia yang memiliki potensi yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dunia dan perubahan-perubahan terjadi secara bertahap, tetapi secara wajar.
d.      Isi/materi pendidikan
Materi yang diberikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, yang mengandung nilai-nilai sesuai dengan pandangan hidup bangsa. Dalam menetapkan bahan/materi tersebut, karakteristik subjek didik pada fase perkembangan tertentu harus pula menjadi pertimbangan.
e.       Cara/metode dan alat
Metode adalah cara untuk mencapai tujuan sedangkan alat adalah segala sesuatu yang membantu terwujudnya tujuan pendidikan. Alat ini dibatasi berupa tindakan dan keberadaan.
f.       Situasi lingkungan
Lingkungan dapat terbagi menjadi dua, yaitu : lingkungan alam dan lingkungan sosial.



Jelaskan dengan ringkas disertai dengan contoh bahwa implikasi gerakan pengajaran alam sekitar adalah kurikulum muatan lokal
Gerakan ini memiliki beberapa prinsip yaitu; (1) dengan pengajaran alam sekitar, guru dapat memperagakan secara langsung sesuai dengan sifat dasar pengajaran; (2) pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar peserta didik aktif; (3) pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri: (a) suatu pengajaran yang tidak mengenal pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengjaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan , (b) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian peserta didik dan dimbilkan dari alam sekitarnya, dan (c) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu memiliki hubungan yang erat antara satu dengan lainnya secara teratur; (4) pengajaran alam sekitar member kepada peserta didik bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas; dan (5) pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional karena alam sekita mempunyai ikatan emosional dengan peserta didik.
Prinsip pengajaran alam sekitar telah banyak dilaksanakan di sekolah dengan peragaaan, penggunaan bahan local dalam pengajaran dan lain-lain. Mengacu pada konsep alam sekitar, program pengajaran beberapa tahun terakhir ini telah ditetapkan adanya materi pelajaran muatan lokal dalam kurikulum. Dengan kurikulum tersebut diharapkan peserta didik semakin dekat dengan alam sekitar dan masyarakat lingkungannya. Di samping alam sekitar sebagai isi bahan ajar, alam sekitar juga menjadi kajian empirik melalui percobaan, studi banding, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan sumber-sumber dari alam sekitar dalam kegiatan pembelajaran, dimungkikan peserta didik akan lebih menghargai, mencintai, dan melestarikan lingkungan alam sekitar sebagai sumber kehidupannya.

Pada saat sekarang ini, pendidikan di negara Indonesia masih banyak mengalami permasalahan. Diantaranya adalah masalah mutu pendidikan yang masih rendah. Jelaskan pendapat anda dalam hal ini dan kemukakanlah upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan mutu pendidikan.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektivitas, efisiensi, relevansi, dan standarisasi pengajaran. Permasalahan tersebut tidak berdiri sendiri. Dalam kenyataannya di lapangan masalah tersebut saling terkait. Mungkin pada situasi/kondisi muncul secara serempak meskipun dalam bobot yang berbeda. Namun, hal tersebut masih menjadi msalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.
Pendidikan di Indonesia menghasilkan “manusia robot”. Pendidikan di Indonesia telah mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.
Pendidikan di Indonesia hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia).
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan mutu pendidikan adalah pengelolaan pendidikan guru dan tenaga kependidikan, dana pendidikan, pendidikan non formal, pengembangan kurikulum, sistem persekolahan dan pendekatan dalam proses pembelajaran.

Azas-azas pokok pendidikan di negara Indonesia terdiri dari tiga, yaitu Asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar. Jelaskan masing-masing azas, dan penerapannya dalam pendidikan Indonesia, disertai contoh.
a.       Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24). 
Menurut asas Tut Wuri Handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik).
b.    Asas Belajar sepanjang Hayat
Pada dasarnya manusia adalah makhluk “menjadi”, yakni makhluk yang tidak pernah sempurna, selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya. Implikasi dari konsep yang demikian adalah bahwa manusia harus selalu belajar sepanjang hayat, sehingga dia dapat mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan yang berlangsung.
Dengan kemampuan dan kemauan untuk belajar sepanjang hayat, maka konsep belajar tidak lagi sekedar belajar untuk tahu (learning to know) dan mampu (learning to do), akan tetapi belajar sepanjang hayat yang menuntut kemauan dan kemampuan seseorang guna belajar untuk menjadi (learning to be).
Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia: (1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya, (2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal, (3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan (4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
c.       Asas Kemandirian dalam Belajar
Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran utama sebagai fasilitator, informator, dan motivator. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

Diantara tiga jenis lingkungan pendidikan yang ada, manakah yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak? Jelaskan alasan anda beserta contoh.
Lingkungan pendidikan ada tiga, yaitu : keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut saya, lingkungan sekolah mempunyai pengaruh paling besar pada pembentukan kepribadian anak. Mengapa? Sebagian waktu aktif peserta didik adalah di lingkungan sekolah. Penetapan beban belajar sesuai dengan kurikulum KTSP yang kita pakai adalah 32 jam/minggu untuk anak SD dan SMP, 38 jam/minggu untuk SMA. Jika dibagi dengan 5 hari per minggu maka waktu belajar anak di sekolah adalah 6-8 jam per hari. Ditambah lagi dengan tambahan belajar di sekolah dan ekstrakurikuler dan pekerjaan rumah yang diberi setiap harinya. Interaksi siswa dengan keluarganya makin berkurang.
Pendidikan di sekolah terikat pada aturan formal yang harus diikuti siswa. Anak didik diwajibkan untuk mengikuti semua peraturan yang ada di sekolah. Dengan demikian, karakter peserta didik banyak terbentuk dari keterikatan siswa dengan peraturan yang ada di sekolah. Selain itu, siswa juga berinteraksi dengan teman sekolahnya. Pembentukan karakter juga dipengaruhi oleh lingkungan pertemanannya di sekolah. Jadi, lingkungan yang paling berpengaruh adalah lingkungan sekolah.

Hari pendidikan nasional ditetapkan setiap tanggal 2 Mei sesuai dengan kelahiran Ki Hajar Dewantara. Jelaskan pandangan anda tentang hal ini dan apakah di Indonesia sesuai dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara?
Bapak Ki Hajar Dewantara telah memperjuangkan pendidikan yang merata untuk semua rakyat di Indonesia. Pada usia 40 tahun, beliau mengganti namanya dari Raden Mas Soewardi Soeryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara dan melepaskan gelar kebangsawannya. Tujuannya adalah beliau dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Maka untuk mengenang jasa-jasa beliau, kemudian Hari Pendidikan Nasional ditetapkan pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.
Konsep pendidikan di Indonesia belum sesuai dengan yang di sebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Namun seperti yang kita lihat dan rasakan, pendidikan Indonesia telah bergeser menjadi sebuah lahan industri baru. Bukan lagi sebagai upaya pembangkitan kesadaran kritis dan sebagai tempat pengembangan potensi-potensi manusia. Selain itu biaya pendidikan juga semakin mahal. Ini diakibatkan kurangnya dukungan Pemerintah terhadap tempat belajar yang layak dan murah. Jika kita berbicara pada kualitas pendidikan Indonesia yang hanya berorientasi pada pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya. Sedangkan kurikulum yang ada dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini memang dapat membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak menjadi cerdas, kreatif dan terampil. Pembunuhan kreatifitas ini disebabkan pula karena paradigma pemerintah Indonesia yang mengarahkan masyarakatnya pada penciptaan tenaga kerja untuk pemenuhan kebutuhan industri yang sedang gencar-gencarnya ditumbuh suburkan di Indonesia.

Perubahan kurikulum menjadi KBK pada tahun 2004 dan kemudian disempurnakan lagi menjadi kurikulum KTSP yang sekarang digunakan di sekolah-sekolah merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Jelaskan pendapat anda tentang perubahan kurikulum tersebut.
KTSP itu bukan menggantikan KBK, hanya masalah segi aspeknya saja yang berbeda. Bicara KBK adalah lebih mengacu pada desain kurikulum. seperti digambarkan oleh Sowel (2002), desain kurikulum adalah cara mengorganisasikan materi kurikulum. Sedangkan KTSP lebih mengacu pada tingkatan (level) pengembangan kurikulum. Dengan kata lain Kurikulum yang dipakai masih tetap berpola pada KBK, sedangkan segi tingkat pengembangan sampai pada tingkat satuan pendidikan, harapannya tentu memberikan otonomi seluas-luasnya kepada guru dan sekolah untuk mengembangan kompetensi based sesuai dengan kondisi yang ada di masing-masing daerah.
Tetapi pada prinsipnya, model KTSP bukanlah kurikulum baru, hanya modifikasi dari model kurikulum yang sudah ada. “Jadi bukan berarti kita ganti kurikulum,”
Bila kita lihat dari beberapa aspek yang terdapat dalam KBK maupun KTSP, ada kesamaan antara keduanya. Kesamaan tersebut diantaranya adalah :
a.       Pendekatan pembelajaran berorintasi pada kompetensi (competence based approach).
b.      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman
c.       Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
d.      Penilaian memperhatikan pada proses dan hasil belajar (authentic assessment)
e.       Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang ada di kurikulum KTSP adalah
1.   Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
2.   Menegakkan lima pilar belajar:
·         belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
·         belajar untuk memahami dan menghayati,
·         belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
·         belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
·         belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
3.   Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
4.   Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
5.   Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6.   Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7.   Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Masalah utama yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini adalah masalah yang berkaitan dengan moral anak didik yang kurang memperhatikan nilai-nilai. Jelaskan pendapat anda kenapa terjadi hal seperti itu dan bagaimana usaha pemecahannya?
Pendidikan di Indonesia telah mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.
Pendidikan di Indonesia tidak lagi menciptakan manusia purnawan atau manusia utuh atau manusia terintehrasi. Pada masa-masa krisis multidimensiuonal sekarang ini, pendidikan yang bercorak pragmatis itu malah memperparah keadaan. Pendidikan pragmatis ini menghasilkan manusia-manusia yang mungkin cerdas dan terampil namun belum entu berbudi baik. Permasalahan mulai dari masalah sosial, poluitik, rasial, lingkungan hidup, ketakwaan, susila, rasa kebangsaan, dan lain-lain mengacu pada kesimpulan bahwa sumber daya manusia ini kurang dalam segi humaniora (kemanusiaan).
Mengapa hal ini bisa terjadi? Mochtar Buchori mengemukakan, hal ini terjadi karena para pelaku pendidikan saat ini lebih mementingkan unsur skill bukan knowledge. Jadi, pendidik hanya memberi pelajaran, misalnya bagaimana mentransfer ilmu kepada orang lain tanpa dibekali dengan pengetahuan bagaimana menghadapi peserta didik yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Kemudian, menurut Mochtar Buchori, sistem pendidikan Indonesia tidak mencerminkan tiga unsur utama dalam pendidikan. Ketiga unsur itu adalah pendidikan yang bersifat membimbing anak agar bisa menghidupi diri sendiri, membimbing agar bisa mengembangkan kehidupan bermakna, dan membimbing agar bisa memuliuakan kehidupan itu sendiri.
Proses pendidikan yang berlangsung sekarang ibarat ruang yang terbatas pada penciptaan mesin-mesin pekerja (robot) yang hanya memiliki kemampuan berpikuir statis, bukan pada sebuah proses penciptaan manusia pemikir yang sangat diperlukan untuk kelangsungan kehidupan di permukaan bumi ini.
Dunia pendidikan di Indonesia harus meletakkan kembali cita-cita pendidikan yang pernah di kobarkan sebelum negeri ini merdeka. Pendidikan di Indonesia sudah saatnya bukan untuk mengekor pada kepentingan negara lain. Begitu banyak kekayaan alam negeri ini tentunya akan menghasilkan lebih banyak pemikir-pemikir baru yang akan lebih baik dibandingkan pemikir di negara lain. Memperbaiki sistem pengelolaan pendidikan, mulai di wilayah pendidik, hingga pada fasilitas pendidikan, harus menjadi agenda utama.


Dalam menghadapi krisis globalisasi seperti yang terjadi saat sekarang ini, pendidikan yang bagaimana seharusnya dilaksanakan di Indonesia saat ini? Jelaskan pendapat anda.
Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki menejemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komperehensif dan fleksibel




Asas-asas Pendidikan

Kata Pengantar

            Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya penulis bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulis  berharap pembuatan makalah ini dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak.
            Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Asas Pokok Pendidikan dan Penerapannya. Adapun pokok-pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah Asas Pokok Pendidikan dan Penerapan asas-asas pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan berbagai literature  yang telah dibaca . Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

                                                                                                            Padang, Juni 2012

                                                                                                                        Penulis


BAB  I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Makalah ini akan menyajikan asas-asas pendidikan dan penerapannya dalam praktik pendidikan.
Sebelumnya kita harus mengenal landasan yang dijadikan untuk menciptakan asas-asas pendidikan di Indonesia. Landasan pendidkan, secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan (fakta) tentang kebijakan dan praktik pendidikan ( Soedomo,  1989/1984).
Sehubung dengan pengertian tersebut ,maka landasan pendidikan Indonesia terdiri dari landasan filosofis. Sosiolagis, kulturai, psikologis, ilmu dan teknologi, dan landasan legalistik. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan Indonesia atau tutwuri handayani, belajar sepanjang hayat, dan kemandirian dalam belajar.
Penerapan asas-asas pendidikan,baik di sekolah maupun di luar sekolah hauruslah didasari oleh petimbangan keadaan yang ditemui dan pemasalatan yang dihadapi dengan mempertimbangkan asas-asas tersebut sesuai dengan tuntutan keadaan dari permasalahan yang ditemui.   
Memperhatikan makna kata, maka antara landasan dengan asas dapat dikatakan mempunyai makna yang hampir bersamaan. Meskipun demikian dengan memperhatikan Soedomo (1989-1990) dan Tirtarahardja dan Sulo (1994), dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan lebih menekankan kepada kajian kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan tentang kebijakan dan praktik pendidikan bagi upaya mengembangkan kebijakan dan praktik pendidikan berikutnya. Sedangkan asas pendidikan merupakan tumpuan cara berfikir yang memberikan corak terhadap pendidikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asas pendidikan lebih menfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan dilaksanakan.
B.     Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan
2.      Menjelaskan tentang asas Pendidikan dan Penerapannya kepada rekan-rekan mata kuliah Pengantar Pendidikan

C.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa saja asas-asas pokok pendidikan?
2.      Bagaimana penerapan asas-asas pendidikan di sekolah dan luar sekolah?

D.    Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan tinjauan pustaka yang diambil dari berbagai sumber literature yang relavan dan dari internet.


BAB  II
Pembahasan
Menyimak Idris dan Jamal (1991) dan Tirtarahardja dan Sulo (1994), setidaknya terdapat tiga asas pokok yang harus dipertimbangkan dan dipedomani dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Ketiga asas tersebut ialah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan kemandiurian dalam belajar. Masing-masing akan dibahas sebagai berikut.
A.    Asas Pokok Pendidikan
1.      Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24). 
 Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Asas Tut Wuri Handayani bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Dalam penyelenggaraan pendidikan dengan asas tersebut berarti bahwa kepada peserta didik diberikan kesempata untuk mandiri, kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat kepada peserta didik. Dapat dikatakan bahwa asas Tut Wuri Handayani merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar siswa aktif.
Menurut asas Tut Wuri Handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik. 
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
-                      Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
-                      Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
-                      Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2.        Asas Belajar sepanjang Hayat
Pada dasarnya manusia adalah makhluk “menjadi”, yakni makhluk yang tidak pernah sempurna, selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya. Implikasi dari konsep yang demikian adalah bahwa manusia harus selalu belajar sepanjang hayat, sehingga dia dapat mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan yang berlangsung.
Dengan kemampuan dan kemauan untuk belajar sepanjang hayat, maka konsep belajar tidak lagi sekedar belajar untuk tahu (learning to know) dan mampu (learning to do), akan tetapi belajar sepanjang hayat yang menuntut kemauan dan kemampuan seseorang guna belajar untuk menjadi (learning to be).
 Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan.
Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani, (2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah, (3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia: (1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya, (2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal, (3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan (4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.

3.    Asas Kemandirian dalam Belajar
Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran utama sebagai fasilitator, informator, dan motivator. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

B.     Penerapan asas-asas Pendidikan (di sekolah dan di luar sekolah) dewasa ini
1.    Keadaan yang di temui
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni :
(1) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
(2) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya
(3) Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya
(4) Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri
(5) Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yaitu :
(1) Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
(2) Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
(3) Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan
(4) Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani
(5) Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
(a) Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
(b) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
(7) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
(8) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga
(9) Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.

2.        Permasalahan yang dihadapi
a.    Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.
Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain: (1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan, (2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, (3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa, (4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.

b.    Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan
Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesia yang multidimensional.
Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien (1) meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–daerah, daerah–daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar, (2) desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan’ sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu, dan (3) peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan.
c.    Masalah pendekatan komunikasi oleh guru
Sekarang masih terdapat kecendrungan bahwa peserta didik terikat oleh penggunaan komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah. Dalam komunikasi demikian, pendididk menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari peserta didik. Tidak jarang, peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh seorang guru. Dengan rendahnya umpan balik dari peserta didik, dan cenderung hanya menghasilkan perubahan pengetahuan (Rogers dan Schoemaker, 1981 : Depdikbud, 1983) memberikan implikasi yang negatif terhadap out put pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik.
d.   Masalah peranan pendidik
Metode pembelejaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik, yakni metode ceramah dimana pendidik melakukan komunikasi satu arah, pendidik sering menempatkan dirinya sebagai  orang yang paling dominan. Tidak jarang, pendidik, dosen atau guru menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dan serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Tugas seorang pendidik sebenarnya mendorong peserta didik untuk mencari informasi sendiri yang dikatakan sebagai upaya belajar mandiri.

e.    Masalah tujuan belajar
Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh karena kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia semakin sempit, sehingga intensitas interaksi manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar diperluas dengan learning to life together dan learnign to be.

3.      Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan
Sehubungan dengan permasalah yang dihadapi dalam penerapan asas-asas pendidikan, maka perlu diadakannya upaya pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.
a.       Meningkatkan mutu pendidikan
Dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai budaya bangsa.
b.      Meningkatkan relevansi pendidikan
Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya (1) usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam, (2) usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan (3) usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.
c.       Mengembangkan komunikasi dua arah
Dalam meningkatkan umpan balik dari siswa, seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua arah. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan terdorong untuk belajar mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja.
d.      Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator, motivator, dan organisator.
Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan atau didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta didik. Organisator yang membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah ada.
e.       Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know, learning to do, learning to life together, dan learning to be.



BAB III
Penutup
A.            Kesimpulan
Asas-asas pokok dalam penyelenggaraan pendidikan ada tiga, yaitu : asas Tut Wuri Handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar. Penerapan asas-asas pokok pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan berpedoman kepada kebebasan dalam belajar sepanjang hayat yang bermuara kepada kemandirian dalam belajar. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu menyesuaikan pendekatan yang digunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran tersebut ialah pendekatan yang berpusat kepada peserta didik, sehingga pendidik menempatkan dirinya sebagai fasilitator, informator, motivator, dan organisator.
B.              Saran
Penulis berharap kita sebagai seorang calon pendidik dapat menerapkan ketiga asas pokok pendidikan yang berlaku di Indonesia. Kita harus dapat melanjutkan perjuangan pendidikan yang telah dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Permasalahan yang tengah kita hadapai dalam pembelajaran haruslah diselesaikan sesuai dengan tuntunan yang telah ada. Dengan demikian, kita menjadi seorang pendidik yang benar-benar menempatkan dirinya sebagai fasilitator, informator, motivator, dan organisator.